SAIVA SIDDHANTA
Pertanyaan :
1. Jelaskan
proses penyebaran Saiva Siddhanta dari India sampai ke Bali!
2. Sebutkan dan
jelaskan sekta-sekta Saiva Siddhanta!
3. Jelaskan
bentuk kristalisasi Saiva Siddhanta di Bali!
4. Apakah saudara
beragama Hindu? Jelaskan!
5.
Bagaimana saudara menyikapi terhadap adanya sampradaya Hari Krsna dan Saibaba
dalam konsep Saiva Siddhanta?
Penjelasan
:
1. Proses penyebaran Saiva Siddhanta dari India sampai ke Bali.
Siwaisme yang berkembang di India, merupakan asal mula dari
agama Hindu. Berawal dari kelahiran dan perkembangan paham Sivaisme di daerah Jammu dan Kashmir,
di sekitar pegunungan Himalaya (Parvata Kailasa). Di wilayah Jammu dan Kashmir,
terdapat lembah sungai Sindhu, di lembah inilah cikal bakal kehadiran paham Sivaisme pertama kali di India, dan
berkembang pesat ke seluruh India, dan wilayah diluar India, salah satunya
adalah Indonesia. Saiva Siddhanta mula-mula berkembang di India Tengah (Madyapradesh),
yang kemudian disebarkan ke India Selatan yang dipimpin oleh Maharsi Agastya. Sekta Saiva Siddhanta dipimpin oleh Maharsi Agastya di daerah Madyapradesh
(India Tengah) kemudian menyebar ke Indonesia.
Di Indonesia seorang Maharsi pengembang sekte ini yang berasal dari pasraman Agastya
Madyapradesh dikenal dengan berbagai nama, antara lain: Kumbhayoni, Hari
Candana, Kalasaja, dan Trinavindu. Yang popular di Bali adalah nama Trinavindu atau Bhatara Guru, begitu
disebut-sebut dalam lontar kuna seperti Eka Pratama. Setelah Maharsi Agastya menyebarkan sekta Saiva Siddhanta ini, kemudian dikembangkan
oleh Maharsi
yang lainnya, yaitu, Danghyang
Markandeya, Mpu Sangkulputih, Mpu Kuturan, Mpu Manik Angkeran, Mpu Jiwaya, dan Danghyang Dwijendra. Sehingga
sampai saat ini agama Hindu di Bali dijiwai oleh ajaran Saiva Siddhanta.
2. Sekta-sekta
Saiva Siddhanta.
Saiva Siddhanta mencakup
sekta-sekta yang dulu pernah ada di Bali,
yaitu :
1) Sekta Pasupata, ciri khas sekta ini adalah
pemujaan terhadap Lingga, yang kemudian ajaran Saiva Siddhanta juga menekankan
pemujaan Lingga berupa arca-arca.
2) Sekta Waisnawa, dibuktikan dengan
adanya unsur-unsur dan pelaksanaan upacara dan upakara yang sama antara
Waisnawa dengan Saiva
Siddhanta.
3) Sekta Bhairawa,
penggunaan arak, tuak, dan brem serta adanya upacara tabuh rah merupakan
tradisi sekta Bhairawa yang kemudian masuk dalam sekta Saiva Siddhanta.
4) Sekta Sora, dalam sekta
ini memiliki bentuk upacara Surya Sewana yaitu pemujaan terhadap Dewa Surya,
dan Sekta Saiva Siddhanta juga
mencakup upacara tersebut dalam pelaksanaan upacaranya.
5) Sekta Bodha atau Sogatha, dalam prasasti
Sukawana di Bangli yang memuat angka 882 Masehi, menyebutkan adanya tiga tokoh Agama, yaitu Bhiksu
Sivaprajna, Bhiksu Siva
Nirmala dan Bhiksu Sivakangsita yang
membangun pertapaan di Kintamani, yang menunjukkan kemungkinan telah
terjadi sinkretisme antara Saiva
dan Budha di Bali. Bila dilihat perkembangannya, kedua aliran Agama tersebut
sesungguhnya berasal dari pohon yang sama yaitu ajaran Hindu. Kemudian ketiga
sekta yang lainnya yaitu Sekta Rsi, Brahmana, dan Ganaptya luluh dalam Saiva Siddhanta. Hal ini
agar memudahkan penganut ajaran sekta-sekta tersebut menyatukan konsepsi
pemujaan.
3. Bentuk
kristalisasi Saiva
Siddhanta di Bali.
Siddhanta
artinya akhir dari sesuatu yang telah dicapai, yang maksudnya adalah sebuah
kesimpulan dari ajaran yang sudah mapan. Ajaran ini merupakan hasil dari
akulturasi dari banyak ajaran Agama Hindu. Didalamnya kita temukan ajaran Veda, Upanisad, Dharmasastra,
Darsana (Samkya Yoga), Purana dan Tantra. Ajaran dari sumber - sumber tersebut
berpadu dalam ajaran Tattwa yang menjadi jiwa atau intisari Agama Hindu di
Bali. Dalam realisasinya, tata pelaksanaan kehidupan umat beragama di Bali juga
menampakkan perpaduan dari unsur-unsur kepercayaan nenek moyang. Wariga,
Rerainan (hari raya) dan Upakara sebagian besarnya merupakan warisan nenek
moyang. Warisan ini telah demikian berpadu serasi dengan ajaran Agama Hindu
sehingga merupakan sebuah satu kesatuan yang bulat dan utuh. Dengan demikian,
Agama Hindu di Bali mempunyai sifat yang khas sesuai dengan kebutuhan rohani
orang Bali dari jaman dahulu hingga sekarang. Adapun bentuk kristalisasi Saiva Siddhanta yaitu,
pelaksanaan upacara yang sama dengan sekta-sekta yang lainnya, tempat suci atau
pura yang merupakan salah satu bentuk kristalisasi dari Saiva Siddhanta dengan
sekta yang lainnya, konsep
Ketuhanan yang juga merupakan kristalisai atau penyatuan agar menjadi satu
konsep pemujaan yaitu pemujaan kepada Tri Murti dan Tri Purusa.
4. Apakah
saudara beragama Hindu?
Ia, karena
selain dari keturunan orang tua saya
juga sudah melaksanakan yang namanya Dharma kewajiban dari ajaran agama Hindu,
seperti Sembahyang, Beryadnya, Menyabaraya dll. Walaupun
tidak sepenuhnya saya laksanakan dengan baik ajaran-ajaran agama Hindu tersebut, saya meyakini akan
ajaran-ajaran agama Hindu dan memuja
kehadapan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa. Pemikiran saya bahwa agama Hindu
sifatnya fleksibel dan universal, menyesuaikan dengan tempat, ruang dan waktu. Agama Hindu
boleh pelaksanaannya dalam bentuk apapun asalkan tidak keluar/menyimpang dari Veda yang merupakan
kitab suci agama Hindu.
5.
Sikap saya tentang adanya Sampradaya Hari Krsna dan Saibaba dalam
konsep Saiva Siddhanta.
Sampradaya Hari Krsna dan Saibaba dalam
konsep Saiva Siddhanta bagi saya tidak menjadi suatu
permasalahan, karena asalkan
tidak menimbulkan konflik diantara penganut-penganut
ajaran tersebut. Dan perlu adanya kesatuan konsepsi pemujaan terhadan Tuhan/
Sang Hyang Widhi Wasa agar tidak terjadi permasalahan diantara penganutnya.
Sampradaya Hari Krisna
dan Saibaba harus menghormati dan mengikuti serta menyesuaikan dengan ajaran Saiva Siddhanta yang telah
lama ada di Bali. Perlu adanya sikap toleransi diantara penganut ajaran ini,
sehingga tidak ada prasangka-prasangka buruk diantara penganut. Dan diantara
penganut tidak ada egoisme
terhadap keyakinan masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar