Kamis, 23 Januari 2014

MAKALAH KESABARAN

BAB I 
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya kekerasan yang merebak belakang ini bukan hanya melanda Indonesia saja, akan tetapi menimpa hampir sebagian besar kawasan di dunia, terutama negara – negara berkembangyang sedang terlanda krisis ekonomi, politik, kepercayaan, moral dan semacamnya. Dimana sebagian disebabkan oleh kesenjangan sosial di bidang ekonomi yang terus memburuk. Perut kosong memicu pikiran untuk menjadi kacau dan berdampak pada perilaku brutal yang tidak terkendalikan. Namun disisi lain, perut yang penuh berisi cendrung menimbulkan perilaku pikiran yang amburadul akibat polusi dalam berbagai komoditas yang dikonsumsi manusia, dari yang kasar hingga yang halus. Di samping itu, era kaliyuga sekarang ini, yang dalam sastra suluk Jawa sering diistilahkan sebagai jaman kalabendhu, jelas telah meperlihatkan sifatnya yang sejati sebagai era yang penuh dengan pertengkaran, ketidakpastian, kegelapan dan kejahatan merajalalela. Dimana pada jaman ini hampir, tidak ada lagi namannya kasih sayang tanpa pamrih, semua telah berubah menjadi ladang bisnisdan jual beli yang didasarkan pada tumpukan materi.
Jaman yang sering dijuluki jaman edan ini, krisis moral terjadi dimana - mana. Semua manusia berlomba – lomba untuk menjadi orang yang terpandang dengan menghalalkan segala cara. Kedudukan uang menggantikan posisi kebajikan sebagai kekuasaan tertinggi, sehingga berwenang untuk menduduki posisi terdepan.  Manusia bergejolak, lepas dari swadharmanya, Brahmana melakukan kegiatan kaum Sudra, dan sebaliknya Sudra mengambil kegiatan kaum Brahmana, golongan ksatriya juga telah ikut campur dalam kegiatan agama. Golongan penjahat (yang bersifat jahat) memerintah negara, karena kaum Ksatriya dan Vaisya telah melakukan kegiatan yang menyimpang dari tugas kewajibannya selaku pengatur pemerintahan dan mengusahakan kesejahteraan rakyat, dan melakukan kegiatan yang semuanya yang bertentangan dengan ajaran Dharma. Hanya dengan jalan Dharma inilah manusia bisa mengembalikan jaman seperti mulanya dimana kedamaian melingkup seluruh kehidupan manusia. Yang juga terlingkup didalamnya azas sifat sabar, sifat benar, memelihara amanah, bersifat adil dan kasih sayang.

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa itu sifat sabar ?
2. Apa itu sifat benar ?
3. Bagaimana cara memelihara amanah?
4. Apa itu sifat adil ?
5. Bagaimana kasih sayang ?

1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, adapun maksud daripada penulisan makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sifat sabar
2. Untuk mengetahui sifat benar
3. Untuk mengetahui cara memelihara amanah
4. Untuk mengetahui sifat adil
5. Untuk mengetahui kasih sayang











BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bersifat Sabar
Sabar adalah rasa yang tulus untuk bertahan menuju jalan kemenangan. Sabar adalah salah satu sifat untuk menciptakan kedamaian. Sifat sabar itu juga bisa disebut sebagai proses perlahan karena pada tahap ini adanya proses menganalisa terhadap problema hingga akhirnya ditemukan titik atau pangkal masalah tersebut untuk menuju kebenaran . Sabar adalah sikap untuk melatih kekuatn mental terhadap setiap ujian kehidupan. Semakin kuat mental seseorang maka makin dewasalah orang tersebut. Seperti halnya sebuah pohon yang berkali – kali diterpa angin kencang, badai dan topan tetapi pohon itu tetap berdiri kokoh. Karena setiap angin yang datang menerpa pohon, pohon mendapatkan sebuah pengalaman untuk tetap bertahan bila nantinya angin topan datang lagi. Ada peribahasa menyatakan bahwa “kesabaran itu pahit laksana janam, namun akibatnya lebih manis daripada madu”. Kesabaran dapat dibagi menjadi dua ketegori yaitu :
a. Kesabaran ketika ditimpa musibah
b. Kesabaran dalam mengerjakan sesuatu (rajin, tekun dan ulet)
Adapun manfaat dari kesabaran untuk seseorang yang telah lulus, dengan memperoleh kemenangan yaitu :
a. Memperoleh rahmat dan kegembiraan
b. Memperloreh pertolongan dan kemenangan
c. Memperoleh kesenangan dan kebahagiaan
Ada beberapa faktor – faktor kesabaran :
Kesabaran itu tidak dapat dipaksakan begitu saja dalam pribadi seseorang, melainkan ada beberapa faktor :
a. Keberanian, seseorang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian untuk menerima musibah atau juga dalam mengerjakan sesuatu. Dari seorang pengecut sukar diharapkan padanya sikap sabar.
b. Kekuatan, seseorang dapat bersabar terhadap segala sesuatu jika dalam dirinya cukup tersimpan sejumlah kekuatan sebagaimana penuh diuraikan. Dari orang yang lemah kepribadian sukar diharapkan kesabarannya menghadapi sesuatu.
c. Kesadaran dan pengetahuan, kesadaran adalah sumber kesabaran. Jika seseorang tahu dan sabar akan menfaat sesuatu pekerjaan barulah dia dapat bersabar dalam mengerjakannya.
Putus asa dan kemalasan adalah seatu sebagai kebalikan dari sifat sabar . putus asa adalah ketidakmampuan seseorang menanggung derita atas musibah, dan kemalasan yakni ketidaksanggupan seseorang bertekun dalam kewajiban. Putus asa adalah ciri kelemahan mental (Burhanuddin : 2000 : 169).

2.2 Bersifat Benar
Bersifat benar adalah sesuatu yang diawali dengan perbuatan, perkataan yang baik dan jujur dalam berkehidupan. Sifat yang benar adalah salah satu komponen kemajuan dari masyarakat. Prinsip menegakan kebenaran adalah keberanian seperti halnya peribahasa mengatakan” berani karena benar, takut karena salah” (Burhanuddin : 2000 : 170). 
Sri Santya Sai Baba menyatakan bahwa “Kebenaran adalah yang senantiasa tak berubah, yang abadi selamnya. Itulah realitas abadi”. Bila kita mengunakan badan fisik kita pada cara yang benar, yaitu dengan menggunakan kata – kata kita guna kemanfaatan semuanya mencintai siapapun dan melayani semua, melakukan kewajiban kita dengan kamampuan terbaik tanpa pamrih apapun, suatu kebiasaan terbentuk oleh pikiran bawah sadar yang akan mememnuhi pikiran dengan pemikiran – pemikiran yang baik akan menambah kedamaian batin ( Maswinara :2000 : 54).
Kebenaran adalah segala sesuatu yang tidak berubah. Ia merupakan kebenaran yang kemarin, hari ini,  ia juga harus menjadi kebenaran hari esok, dan harus menjadi kebenaran yang besoknya lagi. Itu berarti kebenaran yang sama akan senantiasa menjadi kebenaran. Bahkan sebelum penciptaan, dan setelah penciptaan behenti adanya, kebenaran itu  merupakan kebenaran yang sama. Sebagai suatu contoh kursi kayu, lima puluh tahunan yang lalu, kemungkinan kursi masih belum ada. Kemungkinan ia masih merupakan sebatang pohon. Seratus tahun sejak sekarang, kursi ini mungkin akan dibuang dan dibakar sebagai kayu bakar. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa kursi bukanlah kebenaran sejati, karena ia tidak selalu ada menjadi kursi. Pada analisa kebenaran selanjutnya, kita dapatkan bahwa bila sesuatu itu merupakan kebenaran di Australia, ia juga harus menjadi kebenaran di Thailand atau di Amerika Serikat. Dalam kenyataannya kebenaran harus universal dan harus ada dimana – mana dalam atom atau kosmos selamanya ( Maswinara :2000 : 56 - 57).
Dalam agama Hindu kebenaran itu adalah Dharma dan Dharma merupakan landasan untuk mencapai tujuan hidup yaitu Moksa yang diwujudkan dengan alat kama dan artha yang benar. Tuhan adalah perwujudan Dharma, rahmatNya dapat diperoleh melalui Dharma, beliau senantiasa membantu perkembangan Dharma, Tuhan selalu menegakkan Dharma, Tuhan adalah Dharma itu sendiri. Arus kegiatan Dharma jangan sampai mengering, bila airnya yang sejuk tidak lagi mengalir, dapat dipastikan akan timbul bencana. Oleh karena itu, setiap manusia mana pun ia harus berada dan pada setiap saat menghormati Dharma. Agar air Dharma tetap mengalir selama – lamanya dan sepenuhnya sehingga dunia menikmati kebahagiaan (Bhagawan Santhya Narayana : 1999 : 2 ).
Sebagai kebalikan dari kebenaran dan kejujuran adalah dusta dan curang. Sifat dan sikap ini membawa bencana dan kerusakan bagi pribadi dan masyarakat.  Kecurangan dalam segala bidang pergaulan termasuk bdang administrasi hanya akan mempercepat kehancuran masyarakat itu sendiri. Satu – satunya jalan untuk mencegahnya adalah kembali ke jalan kebenaran. Dapatlah dibayangkan akibat – akibat yang bakal terjadi jika kebohongan dan kecurangan telah membudaya dalam masyarakat?  Misalnya sukatan atau timbangan  dikurangi. Manipulasi dalam hal jual beli dan lain – lain yang menjadi sumber terbukannya pintu – pintu korupsi, semua itu menimbulkan bencana dan kerusakan (Burhanuddin : 2000 : 170).


2.3 Memelihara Amanah
Kata amanah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain. Definisi amanah tersebut memberikan pengertian bahwa setiap amanah selalu melibatkan 2 pihak yaitu si pemberi amanah dan si penerima amanah. Lebih jelasnya, hubungan keduanya dapat dijelaskan dalam kehidupan sehari-hari (http://mediainformasill.blogspot.com/2012/04/pengertian-definisi-amanah.html)
Amanah menurut arti bahasa ialah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan atau kejujuran. Yang dimaksud dengan Amanah adalah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, berupa harta benda, rahasia maupun tugas kewajiban. Amanah juga merupakan kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun sesungguhnya kata amanah mempunyi makna, yaitu menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan.
Amanah adalah tuntutan iman. Dan khianat adalah salah satu kebalikan dari amanah. Jika seorang manusia yang hatinya kehilangan sifat amanah, maka ia akan menjadi orang yang mudah berdusta dan khianat. Dan orang yang mempunyai sifat dusta dan khianat, dia berada dalam barisan orang-orang munafik. 
Macam – macam amanah :
1. Amanah yang berdasarkan atas kebenaran dan kebaikan.
2. Amanah berdasarkan ketaatan umat beragama.
3. Amanah sebagai bukti adanya suatu keyakinan yang dianut.
4. Amanah sebagai suatu cara untuk melakukan ajaran-ajaran keagamaan dengan baik.
5. Amanah sebagai suatu cara untuk membimbing manusia untuk tetap berbakti kepada Tuhan.
6. Amanah sebagai jalan untuk menyadarkan umatnya untuk tetap menjalankan kewajibannya sebagai umat beragama.


2.4 Bersifat Adil
Adil adalah sebuah kata yang sering kita dengar. Di setiap kalimat yang diucapkan saat membahas hal-hal berkaitan dengan sosial kemasyarakatan, hampir selalu muncul kata “adil” ini. Lalu, bagaimana sesungguhnya makna dari kata “adil” tersebut? Ini merupakan suatu hal yang tidak mudah untuk memberi “definisi adil” secara langsung, jelas dan terang, serta tentu saja bisa memuaskan semua pihak.
Sifat adil adalah sifat yang ditunjukan kepada sesuatu tanpa diskriminasi terhadap sesuatu itu. Sehingga semua mendapatkan bagian yang sesuai dengan hak mereka. Sifat adil adalah sebuah kewajiban yang harus dikembangkan guna kedamaian seluruh lingkup kehidupan di dunia ini. Menurut W.J.S Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian adil itu dengan yang pertama tidak berat sebelah (tidak memihak) pertimbangan yang adil, putusan itu dianggap adil; kedua mendapat perlakuan yang sama.
Menurut Drs. Kahar Masyhur memberikan defenisi tentang adil adalah sebagai berikut :
1. Adil ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya,
2. Adil adalah menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak orang lain tanpa kurang dan
3. Adil adalah memberikan hak setiap yang berhak secara lengkap tanpa lebih tanpa kurang antara sesama yang berhak, dalam keadaan yang sama dan penghukuman orang jahat atau yang melanggar hukum sesuai dengan kesalahan dan pelanggarannya.
Kalau dilihat secara umum atau gambaran umum yang berlaku di masyarakat tentang “pengertian adil”, maka dapat disimpulkan bahwa “bersikap adil” berarti menunjukkan sikap berpihak kepada yang benar, tidak berat sebelah, dan tidak memihak salah satunya. Sedangkan  menurut Aristoteles keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran terhadap proposi tersebut berarti ketidak adilan.
Keadilan merupakan suatu tindakan atau putusan yang diberikan terhadap suatu hal (baik memenangkan/memberikan dan ataupun menjatuhkan/menolak) sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku. Tiga unsur – unsur keadilan :
1. Keterikatan dengan lain : Hubungan antar orang.
2. Adanya kewajiban (duty) pada sesoarang untuk memenuhi hak pihak lain.
3. Kesetaraan (Equality)
Menurut Burhanuddin Salam, sifat dan sikap adil ada dua macam. Adil yang berhubungan dengan perseorangan, dan adil yang berhubungan dengan kemasyarakatan dan pemerintah. Adil perseorangan ialah tindakan memberi hak kepada yang mempunyai hak. Bila seseorang mengambil haknya tanpa melewati batas, atau memberikan hak orang lain tanpa menguranginya itulah yang dinamakan tindakan adil.
Adil dalam segi kemasyarakatan dan pemerintahan misalnya tindakan hakim yang menghukum orang-orang jahat atau orang-orang yang bersengketa sepanjang neraca keadilan. Jika Hakim menegakkan neraca keadilannya dengan lurus dikatakanlah dia hakim yang adil dan jika dia berat sebelah maka dipandanglah dia hakim yang tidak adil. Pemerintah dianggap adil jika dia mengusahakan kemakmuran rakyat secara merata, baik di kota-kota maupun di seda-desa.
Faktor-faktor yang melatarbelakangi suatu keadilan. Untuk menegakkan neraca keadilan dalam diri pribadi dan masyarakat, maka ada beberapa factor yang perlu diperhatikan. Menurut Burhanuddin Salam, ada 2 faktor yang harus diperhatikan, yang meliputi:
1. Tenang dalam mengambil keputusan. Tidak berat sebelah dalam tindakan karena pengaruh hawa nafsu, angkara murka ataupun karena kecintaan kepada seseorang.
2. Memperluas pandangan dan melihat persoalannnya secara objektif, mengumpulkan data dengan fakta, sehingga dalam mengambil keputusan seadil mungkin.
Sedangkan menurut Surahman, faktor-faktor lain yang melatarbelakangi suatu keadilan antara lain :
1. Kejujuran
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan-perbuatan yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat.
Pada hakekatnya jujur atau kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan akan adanya sama hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap kesalahan atau dosa. Adapun kesadaran moral adalah kesadaran tentang diri kita sendiri karena kita melihat diri kita sendiri berhadapan dengan hal baik buruk. Disitu manusia dihadapkan kepada pilihan antara baik dan buruk, yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, meskipun dapat dilakukan. Dalam hal ini kita melihat sesuatu yang spesifik atau khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada soal tentang jujur dan tidak jujur, patut dan tidak patut, adil dan tidak adil. Dengan adanya suatu rasa kejujuran yang ada dalam tiap manusia, menuntut ia akan rasa keadilan yang ingin di dapatkan. Karena dengan kejujuran, maka suatu keadilan tentu dapat ditegakkan.

2. Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan ketidak jujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu kecurangan sebagai lawan jujur. Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Atau orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan usaha. Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya dan senang bila masyarakat sekelilingnya hidup menderita. Kecurangan sangat mempengaruhi akan adanya keadilan. Karena dengan kecurangan, sudah barang tentu keadilan tidak dapat diwujudkan.

3. Pemulihan Nama Baik
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi orang/tetangga adalah suatu kebanggaan batin yang tak ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak baik itu adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatan – perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya.
Tingkah laku atau perbuatan yang baik dengan nama baik itu pada hakekatnya sesuai dengan kodrat manusia yaitu ;
1. manusia menurut sifatnya adalah mahluk bermoral,
2. ada aturan-aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk mewujudkan dirinya sendiri sebagai pelaku moral tersebut.
Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya, bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak. Akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaq bentuk jamak dari khuluq dan dari akar kata ahlaq yang berarti penciptaan. Oleh karena itu tingkah laku dan perbuatan manusia harus disesuaikan dengan penciptanya sebagai manusia. Untuk itu orang harus bertingkah laku dan berbuat sesuai dengan ahlak yang baik.

4. Pembalasan
Pengertian pembalasan adalah reaksi atas perbuatan orang lain yang dilakukan kepada kita yang kita ungkapkan baik secara positif maupun negatif. Pembalasan merupakan suatu reaksi atau perbuatan orang lain. Reaksi itu berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan , pergaulan yang bersabahat mendapat balasan yang bersahabat, sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. 

2.5 Kasih Sayang 
Pada dasarnya sifat kasih sayang adalah fitrah yang dianugrahkan Tuhan kepada semua makhluk hidup. Pada hewan misalnya kita perhatikan begitu kasihnya kepada anaknya, sehingga rela berkorban jika anaknya diganggu. Naluri ini pun ada pada manusia, dimulai dari kasih sayang orang tua kepada anaknya, dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya, hingga dalam lingkungan yang lebih luas; lingkungan keluarga, tetangga, kampong, bangsa dan yang amat luas adalah kasih sayang antara manusia. Akan tetapi naluri kasih sayang ini dapat tertutup jika terdapat hambatan-hambatan, misalnya karena pertengkaran, permusuhan, kerakusan, kedengkian, dan lain-lain.
Kebajikan terbesar adalah kasih sayang. Kasih sayang adalah merupakan dasar karakter. Kita semua banyak dipengaruhi oleh daya kasih sayang, khususnya anak – anak. Kata kasih sayang yang kita gunakan disini menyatakan kasih sayang murni yang muncul dari hati yang murni. Kasih sayanglah yang tidak menghendaki sebagai balasannya. Kita semua menghendaki mengirim dan menerima kasih sayang yang kita terima tidak berasal dari indria – indria fisik kita tetapi melalui kemampuan khusus yang kita semua memilikinya ( Maswinara :2000 : 71).
Hanya ada satu agama yaitu agama kasih sayang, demikian salah satu pertanyaan dari Bhagavan satya Narayana dalam ajarannya yang menyiratkan bahwa hanya kasih sayanglah yang dapat menyatukan seluruh keberadaan di alam semesta raya ini dalam persaudaraan semesta karena sumber dari padanya adalah Tuhan itu sendiri sebagai pengejawantahan kasih sayang atau prema svarupa. Svami Vivekananda dalam menyampaikan ajaran vedanta kepada orang – orang barat mengatakan bahwa “Kasih sayang ilahi ibarat segitiga yang setiap sudutnya melambangkan tiga kondisi yang mendasarinya, yaitu : kasih sayang tak mengenal tawar menawar, kasih sayang tak mengenal rasa takut dan kasih sayang tak menginginkan adanya persaingan” (Maswinara : 2000 :49).
Selajutnya Bhagavan Baba menyatakan bahwa “ kasih sayang merupakan jalan termudah untuk mendapatkan anugrah Tuhan dan menyadari keberadaanNya pada segala sesuatunya. Kasih sayang janganlah didasarkan dengan kasta, keyakinan, status sosial ataupun pencapaian intelektual seseorang. Kasih sayang merangkul segalanya ; ia tak dapat hanya diarahkan pada seseorang dan mengesampingkan yang lainnya. Ia merupakan arus yang mengalir yang menerpa segalanya, yang membawa pada perluasan sedangkan kebencian akan menyebabkan kontraksi dan kematian. Inilah dasar ajaran kitab Sanatama Dharma. Hati yang dipenuhi dengan kasih sayang tidak akan menampilkan pemikiran – pemikiran yang dapat mengakibatkan kekerasan. Tuhan adalah kasih sayang, Tuhan kedamaian, Tuhan adalah kekuatan. Para pemimpin seharusnya mengembangkan rasa kasih sayang universal ini dan jangan membatasinya pada batasan politis semata. Kasih sayang merupakan kunci pembuka pintu yang terpalang oleh keakuan dan keserakahan, karena kasih sayang merupakan sifat dari kehidupan itu sendiri, dimana prinsip kasih sayang tak memiliki jejak – jejak keakuan dan noda. Kasih sayang tumbuh dengan memberi dan memaafkan sedangkan keakuan tumbuh dengan mendapatkan dan melupakan. Kasih sayang melepaskan rasa pamrih dan mengembangkan kesadaran melalui simpati dan welas asih. Itulah buah dari kehidupan. Kasih sayang merupakan inti dari pemujaan. Ia merupakan wujud dari Tuhan, karena Tuhan adalah pengejawantahan kasih sayang. Hanya melalui kasih sayang sajalah keyakinan dapat menjadi mantap, hanya dengan keyakinanlah pengetahuan dapat diperoleh, hanya dengan melalui pengetahuanlah dapat menyempurnakan keabadian dan pasrah diri dan hanya melalui pemasrahan diri sepenuhnyalah Tuhan dapat diwujudkan ( Maswinara :2000 :53-54).
Kasih sayang senantiasa bersikap memberi dan bukan sebagai penerima. Anak – anak Tuhan akan berkata bahwa “ jika Tuhan berkehendak akan kuberikan segalanya padaNya, namun aku tak menginnginkan apapun sebagai balasan dari padaNya. Aku tak menginginkan apapun dari alam semesta ini. Aku mengasihiNya karena aku ingin mengasihiNya dan aku tak ingin apapun selain dari itu. Aku tak menginginkan kekuasaan ataupun kekuatan dari padaNya, tidak juga dari manifestasi kekuatanNya. Sudah cukup bagiku bahwa Dia adalah penguasa Kasih sayang, aku tak meminta yang lain lagi” ( Maswinara :2000 :50).
Bila kita kehadiran orang suci, kita akan merasa penuh kedamaian. Getaran kemurnian dan kasih sayang, yang kita terima itulah yang memberikan kedamaian. Sebaliknya jika kita kehadiran orang yang penuh kebingungan dan emosional maka pikiran kita tak pernah merasa damai. Di sekolah para guru harus memiliki kasih sayang dalam hatinya. Bila para guru penuh dengan kasih sayang, apapun yang mereka ajarkan akan menyentuh hati anak – anak. Anak – anak akan penuh dengan kedamaian, sehingga akan memiliki kosentrasi yang besar dan akan mampu menyerap pelajarannya dengan lebih mudah ( Maswinara :2000 : 72).
Kasih sayang bukan hanya mempengaruhi manusia, tetapi juga memiliki pengaruh positif terhadap hewan dan tumbuh – tumbuhan.
Pada uiversitas Chulalongkorn di bangkok, para mahasiswa melakukan percobaan tentang kasih sayang dan pengaruhnya pada tanam – tanamandi bawah pengawasan seorang profesor botani, pada fakultas ilmu pengetahuan. Para mahasiswa menanam benihtanamam bunga matahari dan memilih tanaman yang telah tumbuh setinggi 2 inci untuk percobaan tersebut. Tanaman itu dipisahkan menjadi dua kelompok dan ditempatkan pada dua tempat yang terpisah pula. Tanah yang dipergunakan keduanya dicampur terlebih dahulu sebelum pemisahan pada tempat yang berbeda tersebut. Segala kondisi dari keduan kelompok tanaman tersebut dijaga secara ketat. Pemberian air juga ditakar, demikian pula temperatur keduanya. Kedua kelompok tanaman itu juga mendapatkan sinar matahari yang sama. Yang berbeda hanyalah bahwa setiap hari sekelompok mahasiswa sekitar 20 orang memberikan belaian kasih sayang hanya pada satu kelompok saja sedangkan yang lainnya dijaga biasa saja. Setelah empat minggu, hasil percobaan memberikan gamabaran sebagai berikut : 
Pada kelompok tanaman yang diberikan kasih sayang memeiliki banyak bunga yang bermekaran, sedangkan pada kelompok yang satunya tak sebuah tanaman pun yang menghasilkan bunga yang bermekaran. Ketika tinggi tanaman itu diukur, ketinggian bunga yang mendapatkan kasih sayang 49,2 % lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang tanpa kasih sayang. Analisa statistik dilakukan mengenai hasilnya ini dan secara jelas menunjukan bahwa perubahan yang terjadi sangat kecil dan faktor luarlah yang meyebabkan perbedaan besar itu. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa kasih sayang yang disebarkan oleh para mahasiswa itulah yang menyebabkan tanaman itu berbeda pertumbuhannya, sedang kondisi lainya semuannya sama.
Dari hasil penelitian diatas, kita mesti menyadari jika sumber dari segala kehidupan ini adalah kasih sayang (Tuhan) maka semua ciptaannya berhak menerima kasih sayang itu. Berpijak dari ungkapan bahwasannya Tuhan (pencipta, yang maha kuasa, zat multak kesadaran atau apa saja namanya) berada di dalam setiap materi, setiap partikel atau bahkan pada setiap elektron dari suatu atom unsur (Donder :2001 :146). Untuk itu semestinya sifat kasih sayang dipancarkan atau menyentuh seluruh komponen ciptaanNya baik yang hidup ataupun mati.
Kasih sayang yang terkenal yang dinyatakan oleh Buddha adalah : kebencian tak akan pernah menghentikan kebencian tetapi hanya dengan kasih sayang ilahi sajalah kebencian itu dapat dilenyapkan. Yesus Kristus menyatakan bahwa “ perintah baru kuberikan kepadamu, bahwa engkau hendaknya saling mengasihi satu sama lain. Semua nabi juga mengajarkan hal yang sama yaitu kasih sayang ( Maswinara :2000 : 75). 
Pada suatu hari, Paramahamsa Yogananda mengajar di New York dan ia pergi dengan berjalan kaki. Tiga orang perampok menghadangnya dan menodongkan senjata pada Yogananda dan meminta uangnya. Yogananda yang selalu penuh senyum dan kasih sayang, memberikan pundi – pundi uangnya kepada ketiga perompok itu. Pada saat yang sama Yogananda memancarkan getaran kasih sayang pada mereka. Pikirannya mengatakan “ semoga kamu bertiga penuh dengan kedamaian dan kebahagian”. Kemudian sesuatu yang aneh terjadi. Ketiga perompok itu tak mau mengambil pundi – pundi uangnya. Mereka menurunkan senjatanya dan berkata “ kami minta maaf, tetapi kami tak dapat menerima uangmu” mereka berbalik dan melarikan diri.
Inilah daya kekuatan kasih sayang. Kasih sayang merupakan senjata terdasyat di dunia karena ia mampu merubah hati manusia. Orang yang penuh dengan kasih sayang tidak akan pernah memiliki musuh. Tak perlu senjata perang, karena kita dapat memberikan kedamaian pada dunia melalui daya kasih sayang. Bila terdapat cukup orang berdaya kasih sayang, dunia ini dengan cepat akan berubah. Kasih sayang sungguh – sungguh merupakan dasar karakter dan keunggulan manusia. Karena kasih sayang merupakan arus bawah dari semua nilai kemanusiaan. Kasih sayang sebagai pemikiran adalah kebenaran, kasih sayang sebagai kegiatan adalah kegiatan yang benar, dan kasih sayang sebagai perasaan adalah kedamaian ( Maswinara :2000 : 76). Sebeku apapun hati manusia namun ia akan luluh dengan pancaran kasih sayang.
Apabila diperinci, kasih sayang memiliki ruang lingkup dalam beberapa tingkatan, yang meliputi :
a. Kasih sayang dalam lingkungan keluarga; Kasih sayang orang tua kepada anaknya, kasih sayang suami dengan istri, kasih sayang antara orang yang bersaudara dan berkeluarga.
b. Kasih sayang dalam lingkungan tetangga dan kampung; suatu pertalian kasih sayang yang timbul dan tumbuh karena hidup bersama dalam suatu lingkungan tetangga dan kampung.
c. Kasih sayang dalam lingkungan bangsa; perasaan kasih dan simpati yang timbul akibat persamaan rumpun, suku bangsa, rasa senasib dalam perjuangan yang menyangkut kenegaraan.
d. Kasih sayang dalam lingkungan keagamaan. mencintai dan mengasihi sesame orang yang seagama, karena memandang saudara dalam akidah dan keyakinan.
e. Kasih sayang dalam bentuk perikemanusiaan; mencintai sesama manusia atas dasar pengertian bahwa manusia adalah sama-sama berasal dari satu keturunan, asalnya satu bapak dan satu ibu.
f. kasih sayang kepada sesama makhluk (universal); misalnya mengasihi hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Adapun prinsip-prinsip kasih sayang. Dengan menumbuhkan sikap kasih sayang dalam diri, maka akan lahir sikap dan sifat yang meliputi:
a. Pemurah; yaitu suka mengulurkan tangan kedermawanan kepada orang lain yang menghajatkannya. Di sini sikap infak, yakni rela membelanjakan harta bagi kepentingan keluarga dan amal social. 
b. Tolong menolong; yaitu sikap yang senang menolong orang lain, baik dalam bentuk material maupun dalan bentuk tenaga dan moril. jika sikap gotong royong telah tertanan dalam diri manudia, maka setiap ada seseorang yang kesulitan, selalu tergugah untuk bangkit memberikan pertolongannya.
c. Pemaaf; yaitu sifat pemaaf yang tumbuh karena sadar bahwa manusia bersifat laif tidak lepas dari kesalahan dan kehilafan.
d. Damai; orang yang jiwanya penuh dengan kasih sayang akan memancar pula darinya sikap suka kepada perdamaian kepada orang yang memusuhinya, dan tidak ingin mencari-cari permusuhan dengan seseorang. Selama masih ada jalan perdamaian, ditempuhnya jalan itu. 
e. Persaudaraan; dari jiwa yang penuh dengan kasih sayang mudah diperoleh semangat persaudaraan.
f. Menghubungkan tali kekeluargaan; dari berbagai sifat dan sikap kasih sayang, maka seharusnya seseorang tetap menjalin tali persaudaraan satu dengan yang lainnya sehingga terbina kerukunan dalam kehidupan.
Kasih sayang duniawi seringkali berubah – ubah, bahkan dapat berubah menjadi kebencian dalam sekejap, disebabkan adanya rasa keterikatan (raga) yang pada akhirnya akan berubah menjadi dvesa (kebencian). Oleh karena itu, ubahlah kasih sayang duniawi menjadi kasih sayang Ilahi yang bersifat universal, sehingga keterikatan yang tadinya dapat memberikan penderitaan juga akan dapat berubah menjadi keterikatan terhadap Tuhan yang membawa pada jalan pencerahan dan kedamaian abadi ( Maswinara :2000 : 54).
Kasih sayang mampu merubah dunia dalam keselarasan dan keseimbangan universal. Oleh karena itu, mulailah hari dengan kasih sayang, pergunakan hari itu dengan kasih sayang dan akhiri juga dengan kasih sayang. Itulah jalan menuju Tuhan, karena Tuhan adalah kasih sayang ( Maswinara :2000: 53).

























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan 
Dari pemaparan diatas dapat ditarik suatu kesimpula bahwa jika setiap manusia bercita – cita untuk mewujudkan kedamaian di dunia ini, hendaknya ia memiliki sifat yang sabar dalam mengahdapi segala hal, bersifat benar karena kebenaralah yang selalu abadi dan utama, memelihara amanah karena mengamalkan amanah sama halnya dengan menjalankan perintah Tuhan karena hakekatnya tidak ada amanah yang menjerumuskan manusia kedalam hal – hal yang negatif, bersifat adil mengingat bahwa perilaku adil adalah pemberian hak yang balance tanpa menimbang – nimbang lagi sehingga tidak ada benak yang merasa pilih kasih akan hak tersebut dan yang terakhir adalah sifat kasih sayang yang harus diberikan kepada semua manusia sekalipun itu adalah musuh karena dengan daya kasih sayang segala macam kejahatan mampu terluluhkan. Dengan demikian jika sifat – sifat diatas telah diterapkan dengan baik dan benar maka terciptalah kedamaian di dunia ini yang menjadi dambaan setiap manusia. Tidak ada lagi kekerasan dan kejahatan yang terlalu melonjak sehingga semua kehidupan seimbang dan harmonis. 












DAFTAR PUSTAKA

Donder, I Ketut. 2001. Panca Dhatu Atom, Atma dan Animisme (sebuah evolusi konsep tentang sesuatu yang amat kecil sebagai asas hidup dan kehidupan). Surabaya : Paramita
Maswinara, I Wayan. 2000. Kedamaian di Tengah – Tengah Prahara. Surabaya : Paramita
Maswinara, I Wayan. 2000. Lima Nilai Kemanusiaan dan Keunggulan Manusia. Surabaya : Paramita
Salam, Burhanuddin. 2000. Etika Individual (pola dasar filasafat moral). Jakarta : PT Rineka Cipta
Wejangan Sri Sathya Narayana. 1999. Pancaran Dharma (Dharma Vahini). Surabaya : Paramita
(http://mediainformasill.blogspot.com/2012/04/pengertian-definisi-amanah.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar