Kamis, 23 Januari 2014

SEJARAH KEBUDAYAAN HINDU

BAB I 
PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang
Pada zaman reformasi ini , pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap sejarah sudah berkurang. Dan seakan-akan sejarah tidak pernah lagi diingat,sejarah hanyalah tinggal sejarah saja. Tanpa dipelajari atau dipahami. Begitupula dengan perkembangan Agama dan kebudayaan Hindu-Budha dari India ke Indonesia.Agama Hindu-Budha merupakan dua agama besar di dunia yang pertama kali berkembang di Indonesia. Kedatangan agama dan kebudayaan Hindu-Budha sangat mempengaruhi aspek kehidupan bangsa Indonesia sehingga mempengaruhi kebudayaan nusantara. Diantara pengaruhnya terhadap seni bangunan,terhadap seni rupa,terhadap seni sastra dan aksara, terhadap sistem pemerintahan dan kepercayaan.
 Perkembangan kebudayaan Hindu-Budha mempengaruhi sistem pemerintahan yaitu munculnya kerajaan-kerajaan di Indonesia dan kepercayaan terhadap agama Hindu dan Budha. Kita harus mengetahui sejarah-sejarah perkembangan agama Hindu-Budha di Indonesia karena banyak peninggalan-peninggalannya yang sampai sekarang masih ada,diantaranya Candi Borobudur,Candi Prambanan,Tirta Empul di Bali. Semua itu adalah hasil peninggalan kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Indonesia. Jadi kita sebagai generasi muda Hindu sangat perlu mengetahui sejarah-sejarah kerajaan-kerajaan beserta prasasti,Candi,Sekte-sekte(kepercayaan),dalam kerajaan yang pernah ada di Indonesia.


1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana tentang pengaruh kebudayaan Indonesia pada masa pengaruh Hindu-Budha dengan berbagai hasil kebudayaan diantaranya kerajaan, prasasti, candi dan kepercayaan.


1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh kebudayaan Indonesia pada masa pengaruh Hindu-Budha dengan berbagai hasil kebudayaan diantaranya kerajaan, prasasti, candi dan kepercayaan.


























BAB II
PEMBAHASAN

Akibat pengaruh dari India, di Indonesia berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha, di antaranya terdapat Kerajaan Awal yaitu Kerajaan Kutai dan Tarumanegara, Kerajaan Maritim Sriwijaya dan Kerajaan Agraris diantaranya Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Medang Kumulan, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Bali.

2.1 Kerajaan Kutai
Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia, terletak di tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Raja pertama yang memerintah kutai bernama Kudungga. Raja Kudungga mempunyai putra yang bernama Aswawarman dan Aswawarman mepunyai tiga orang putra, yang terkenal ialah Mulawarman. Raja Mulawarman dipandang sebagai raja yang mulia dan berhasil membawa kejayaan Kutai. Ini dibuktikan dengan adanya selamatan dengan memberikan 20.000 ekor sapi, pemberian hadiah atau sedekah yang berlimpah. Setelah Raja Mulawarman wafat penguasa selanjutnya tidak di ketahui karena tidak di temukan sumber-sumber kerajaan kutai lagi.  Hasil kebudayaan yang besar dari Kerajaan Kutai adalah tujuh buah prasasti dalam bentuk Yupa. Yupa ialah tugu batu peringatan upacara kurban. Yupa itu ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Kehidupan budaya kerajaan Kutai sudah sangat maju karena sudah mengenal tulisan dan bisa menerima pengaruh asing. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kutai telah berkomunikasi dengan bangsa asing. Kepercayaan yang dianut kerajaan Kutai ialah kepercayaan Hindu.

2.2 Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara terdapat di daerah Jawa Barat. Raja yang memerintah adalah Purnawarman. Hasil budaya yang terkenal pada Kerajaan Tarumanegara adalah tujuh buah prasasti yang merupakan hasil dari dalam negeri  yang lima diantaranya ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta, sedangkan dua diantaranya belum berhasil dibaca. Prasasti tersebut ialah :
2.2.1 Prasasti Ciareteun. 
Prasasti ini ditemukan dekat muara sungai cisadane, Bogor. Didalam prasasti terdapat cap telapak kaki Raja Purnawarman yang merip telapak kaki Dewa Wisnu.
2.2.2 Prasasti Kebon Kopi.
 Prasasti ini ditemukan di Cibungbulan, Bogor. Dalam prasasti ii terdapat gambaran dua telapak kaki gajah yang disamakan dengan telapak gajah Airawata (gajah kendaraan Dewa Wisnu). Isi prasasti ini tidak dapat dibaca karena ada bagian tulisan yang sudah usang. 
2.2.3 Prasasti Jambu.
Prasasti ini ditemukan di Bukit Kolengkak, kira-kira 30km sebelah barat Bogor. Prasasti ini berisi sanjungan terhadap kebesaran, kegagahan, dan keberanian Raja Purnawarman.
2.2.4 Prasasti Tugu.
Prasasti ini ditemukan di Kelurahan Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini nerupakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang isinya atara lain tentang penggalian sebuah saluran sepanjang 6.112 tombak (lebih dari 11km), yang bernama Gomati. Pekerjaan penggalian diselesaikan dalam waktu 22hari. Setelah selesai, diadakan selamatan dimana Raja Purnawarman memberikan hadia 1000 ekor sapi kepada kaum Brahmana.
2.2.5 Prasasti Lebak.
Prasasti ini ditemukan pada tahun 1947. Prasasti ini terdiri atas dua baris kalimat. Corak tulisannya mirip seperti tulisan Prasasti Tugu. Isinya memuji kebesaran dan keagungan Raja Purnawarman. 
2.2.6 Prasasti Pasir Awi dan Muara Cianten.
Kedua Prasasti ini ditulis dengan huruf ikal dan belum dapat dibaca.
Selain itu tedapat juga beberapa Sumber Luar Negeri Kerajaan Tarumanegara yang berasal dari luar negeri berupa berita Cina, yaitu sebagai berikut :
2.2.1 Berita Fa Hien
Fa Hien adalah seorang pendeta budha yang akan kembali ke Cina dari ziarah di India. Pada tahun 414, ia terpaksa singgah di Ye-po-ti karena kapal yang ditumpanginya mengalami kerusakan. Dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi, Fa Hien menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit dijumpai orang beragama Budha. Di daerah tersebut yang banyak adalah orang-orang beragama Hindu dan sebagian masih menganut animisme.
2.2.2 Berita Dinasti Sui
Berita ini mengatakan bahwa pada tahun 528-538 telah datang utusan dari tumolo yang terletak disebelah selatan Cina.
2.2.3 Berita Dinasti Tang.
Berita ini, bahwa pada tahun 666 dan 669  telah datang utusan dari tomolo. Kemungkinan yang dimaksud dengan Ye-po-ti dan tomolo diatas adalah Tarumanegara karena secara ponetis penyesuaian kata-kata diatas adalah mungkin.
Setelah itu kehidupan kebudayaannya sudah mengenal tulisan dan menerima pengaruh asing ditandai dengan kemampuan masyarakat berkomunikasi dengan bangsa asing, bisa menerima pengaruh agama dan kebudayaan Hindu, serta berkembangnya sistem kalender dengan nama bulan Palghuna dan Caitra. Nama bulan ini sama dengan bulan Februari dan April menurut kalender Masehi. Kepercayaan yang dianut kerajaan Tarumanegara ialah kepercayaan Hindu aliran Wisnu, karena Raja Punawarman menganut aliran Wisnu.


2.3 Kerajaan Maritim Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Budha terbesar yang pernah ada di Indonesia. Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Sebagai berikut :
2.3.1 Sumber dalam Negeri
Berita mengenai Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dapat kita peroleh dari prasasti yang ditemukan di Sumatra dan Bangka. Prasasti-prasasti yang berangka tahun 684-775 tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu kuno. Prasasti-prasasti itu antara lain sebagai berikut :
1) Prasasti Kedukan Bukit.
Prasasti ini ditentukan di Kedukan Bukit, di tepe Sungai Talang  dekat Palembang, berangkat tahun 605 Saka atau 684 M, menggunakan huruf Pallawa dan bahasa melayu kuno. Isi prasasti ini menyatakan bahwa Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci dengan perahu dan membawa 20.000 orang. Dalam perjalanan tersebut dia berhasil menaklukkan bebrapa daerah. Sehingga dengan kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur.
2) Prasasti Talang Tuwo.
Prasasti ini di temukan sebelah barat Palembang, berangka tahun 606 saka atau 684 M. Isinya menyebutkan tentang pembuatan sebuah taman yang diberinama Sriksetra. Taman ini dibuat oleh Dapuntahyang untuk kemakmuran semua mahluk dan terdapat doa-doa yang jelas bercorak agama Budha Mahayana.
3) Prasasti Telaga Batu
Prasasti ini ditemukan dekat Palembang, tidak berangka tahun isinya berupa kutukan bagi rakyat yang melakukan kejahatan dan tidak taat pada perintah Raja.
4) Prasasti Kuta Kapur
Parasasti ini ditemukan dipulau Bangka, berangka tahun 689. Isi prasasti ini adalah berupa permintaan kepada para dewa yang menjaga kesatuan Sriwijaya, unutk menghukum setiap orang yang bermaksud jahat dan durhaka terhadap kekuasaan Sriwijaya. Prasasti ini juga menjelaskan tentang usaha kerajaan Sriwijaya untuk menaklukan Jawa.
5) Prasasti Karang Beahi.
Ditemukan didaerah Jambi Hulu. Isinya menyatakan berupa permintaan kepada para dewa yang menjaga kesatuan Sriwijaya, unutk menghukum setiap orang yang bermaksud jahat dan durhaka terhadap kekuasaan Sriwijaya. Prasasti ini berangka tahun 689.
6) Prasasti Palas Pasemah.
Prasasti ini ditemukan di Lampung Selatan, tidak berangka tahun. Isinya tentang kutukan bagi mereka yang tidak setia kepada raja Sriwijaya yang tidak setia pada Raja Sriwijaya.

2.3.2 Sumber Luar Negeri.
1) Prasasti Ligor
Ditemukan disemenanjung malanya, berangkat tahun 775 dan berbahasa sangsekerta. Isinya menerangkan bahwa kerajaan Sriwijaya mendirikan sebuah pangkalan disemenajung malaya, tepatnya di daerah Ligor.

2) Prasasti Nalanda
Prasasri ini berada di Nalanda, India, diperkirakan berasal dari abad ke 9. Isi isinya tentang pemberian hadiah tanah dari Raja Dewapaladewa untuk keperluan pendirian sebuah bangunan vihara.
3) Prasasti Tanjore
Prasasti ini ditemukan di Tanjore, India Selatan. Berdasarkan Prasasti ini dapat diketahui bahwa serangan Raja Rajendrakolamandala tahun 1030 telah menyebabkan Raja Sriwijaya tertawan. Sedangkan sebelumnya, iya itu pada tahun 1023 Rajendrakolamandala mengadakan serangan secara besar-besaran terhadap Raja Kandaram (Kataha) dan Sriwijaya.
4) Berita Cina
Sumber sejarah Sriwijaya berasal dari kesaksian I Tsing, Dinasti Sung dan Dinasti Ming.
(1) Berita I Tsing
I Tsing adalah pendeta agama Budha. Pada tahun 762 dalam perjalanannya ke India untuk belajar agama Budha ia singgah di Kerajaan Sriwijaya disana terdapat 1000 orang pendeta yang menguasai agama seperti di India.
(2) Berita Dinasti Sung
Dinasti ini menyatakan bahwa antara tahun 971-992 telah datang berkali-kali utusan dari Sriwijaya ke Cina. Namun utusan tersebut tidak segera pulang, tetapi singgah di Kanton karena Sriwijaya diserang oleh Kerajaan Shepo (Jawa) 
(3) Berita Dinasti Ming
Dinasti ini mengatakan bahwa pada tahun 1376 Kerajaan Sriwijaya telah ditundukkan oleh Raja dari Jawa (Majapahit)
5) Berita Arab
Berdasarkan catatan dari Ibnu Kordabeh (844-848) memberitakan bahwa Raja Sabaq menguasai banyak pulau disekitar lautan Cina Selatan.

Kerajaan Sriwijaya memiliki kebudayaan yang tinggi terbukti dengan prasasti yang ditemukan tidak lagi menggunakan bahasa Sansekerta, tetapi sudah menggunakan bahasa Melayu Kuno. Hasil peninggalannya berupa prasasti, Arca Buddha di Bukit Siguntang, bangunan suci di Jambi, kompleks Candi Muara Takus, beberapa bangunan suci di Gunung Tua (Padang Lawas) dan Arca Awalokiteswara yang ditemukan di Tapanuli Selatan. Kepercayaan yang dianut kerajaan Sriwijaya ialah kepercayaan Bhuda.
.

2.4 Kerajaan Mataram Kuno
Sebelum Sanjaya berkuasa, Mataram Kuno diperintah oleh Raja Sanna (Paman Sanjaya). Prasasti-prasasti pada masa kerajaan ini, ditulis dengan huruf dan bahasa yang beragam. Ada yang ditulis dengan huruf Pallawa dan huruf Pranagari, serta menggunakan bahasa Sansekerta dan Kawi Sumber sejarah Kerajaan Mataram kuno berasal dari beberapa prasasti sebagai berikut:
a) Prasasti Tuk Mas 
Ditemukan di desa Dakwu,lereng Gunung Merbabu,tidak berangka    tahun,menggunakan  huruf pallawa dan berbahasa Sansekerta.Berdasarkan bentuk hurufnya,Prasasti Tuk Mas diperkirakan berasal dari tahun 500.

b) Prasasti Sojomerto
Ditemukan di desa Sojomerto,Kabupaten Batang(Jawa Tengah ) berhuruh pallawa dan berbahasa Melayu kuno.prasasti ini diperkirakan berasal dari abad ke-7.Prasasti ini menyebutkan mengenai keluarga Dapunta Syailendra, ayahnya bernama Santanu dan ibunya bernama Bhadrawati,serta istrinya Sampala yang menganut agama Hindu Syaiwa.

c) Prasasti Canggal
Ditemukan didesa canggal,Gunung Wukir.Prasati ini menggunakan huruf  Pallwa,berbahasa  Sansekerta dan berangka tahun dalam bentuk Candra sangkala yang berbunyi sruti indria rasa atau tahun 654 saka atau 732 M
Isi prasasti canggal antara lain tentang pendirian sebuah lingga di desa kunjarakunya oleh raja sanjaya.

d) Prasasti Kalasan 
Di temukan di desa Kalasan(Yogyakarta) berangka tahun 778,menggunakan huruf pranagari dan berbahasa Sansekerta.Prasati Kalasan menceritakan Raja Panangkaran atau Maharaja Tejahpurnapana Panangkaran yang menghadiahkan desa Kalasan kepada para sanggha.

e) Prasasti Klurak
Prasati ini berangka tahun 704 Saka atau 782 M Ditulis dengan huruf Pranagari dan berbahasa Sansekerta.Isinya menceritakan tentang pembuatan sebuah bangunan suci dan Arca Manjusri oleh Raja Indra.Mungkin yang dimaksud dengan bangunan Arca Manjusri adalah Candi Sewu yang letaknya disebelah utara Candi Parambanan.

f) Prasasti Mantyasih
Prasasti ini ditemukan di desa Mantyasih,Kedu,Jawa Tengah.Prasasti ini menggunakan bahasa Jawa Kuno,dibuat oleh raja Balitung.Berisi tentang silsilah raja-raja Mataram mulai dari Sanjaya sampai Dyah Balitung.

g) Prasasti Manggu Antan
Prasati ini menjelaskan tentang pemerintahan Rakai Kayuwangi yang memerintah di Jawa Tengah tahun 886 dan Sri Maharaja Rakai Limis Dyah Dewantara tahun 890.
Penguasa Matara Kuno banyak membangun candi-candi yang bercorak Hindu dan Buddha diantaranya :
1) Candi Sewu; Candi Buddha yang dibangun semasa pemerintahan Raja Indra dari Dinasti Syailendra.
2) Candi Borobudur; Candi Buddha dibangun pada masa pemerintahan Raja Wisnu dan selesai pada masa pemerintahan Raja Samarattungga dari Dinasti Syailendra.
3) Candi Loro Jonggrang; Candi Hindu dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dan selesai pada masa pemerintahan Raja Daksa.
4) Candi Hindu lainnya; Candi Sambisari, Gedongsongo, Dieng dan Ratu Boko.
5) Candi Buddha lainnya; Candi Kalasan, Pawon dan Mendut
Kepercayaan yang dianut kerajaan Mataram Kuno ialah kepercayaan Hindu Siwa, karena salah satu peninggalan kerajaan Mataram Kuno iaitu Prasasti Sojomerto yang menyebutkan yang mengenai keluarga Dapunta Sailendra.

2.5 Kerajaan Medang Kamulan
Kerajaan Medang Kumulan merupakan kerajaan tersendiri karena diperintah oleh dinasti baru, yakni Dinasti Isyana. Prasasti yang ditemukan di daerah Bangil menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintahkan pembuatan sebuah candi sebagai tempat pemakaman ayah dari permaisurinya yang bernama Rakryan Bawang. Prasasti Mpu Sindok dari Lor (dekat Nganjuk) yang paling berangka tahun 939, menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintahkan pembuatan sebuah candi yang bernama Jayamarta dan Jayastambho (tugu kenangan) di desa Anyok Lodang. Peninggalan candi lainnya, yaitu kompleks Candi Belahan di lereng Gunung Penanggungan. Candi ini merupakan tempat perabuhan jenazah Airlangga. Selain prasasti, Kerajaan Medang Kamulan juga banyak menghasilkan kitab yaitu kitab Sang Hyang kamahayanikan dan kitab Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa. Kitab ini menjelaskan pengalaman dan kehidupan Airlangga.  Kepercayaan yang dianut kerajaan Medang Kemulan ialah kepercayaan Hindu.

2.6 Kerajaan Kediri
Sepeninggal Airlangga, Kerajaan Medang Kamulan dibagi menjadi dua, yaitt Kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahuripan dan Kerajaan Kediri (Panjalu) dengan ibu kota Daha. Maksud Airlangga membagi kerajaan menjadi dua adalah untuk mence¬gah perang saudara. Tetapi upaya tersebut mengalami kegagalan. Dalam perkem¬bangan selanjutnya, terjadi pertikaian antara Jenggala dan Kediri. Perseteruan ini berakhir dengan kekalahan Jenggala. Dua kerajaan tersebut kembali dipersatukan di bawah kekuasaan Kediri.
Sumber sejarah Kerajaan Kediri berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Sumber-sumber tersebut adalah sebagai berikut :
a) Sumber Dalam Negeri
Sumber dari dalam negeri berupa prasasti dan kitab-kitab yang berhubungan dengan Kediri. Sumber-sumber tersebut antara lain sebagai berikut.
(1) Prasasti Malenga
Prasasti tembaga ini ditemukan di desa Banjararum, Tuban, Jawa Timur. Dalam prasasti ini disebutkan nama seorang raja yang memerintah seki¬tar tahun 1052. Dalam prasasti ini diceritakan bahwa Sri Maharaja Mampanji Garasakan berhasil mengalahkan musuhnya yang bernama Haji Linggajaya dan berhasil mengusirnya dari istana di Tanjung.
(2) Kitab Arjunawiwaha
Karya Mpu Kanwa ini ditulis pada tahun 1035, isinya tentang kehidup¬an Airlangga.
(3) Kitab Baratayudha
Kitab karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh ini berisi tentang peringatan kemenangan Raja Jayabaya terhadap Panjalu.
(4) Kitab Smaradhana
Kitab ini adalah hasil karya Mpu Dharmaja. Dalam kitab ini, raja dipuji sebagai titisan Kamajaya. Permaisurinya bernama Sri Kirana atau putri Candrakirana yang berasal dari Kerajaan Jenggala.
b) Sumber Luar Negeri
Sumber sejarah Kerajaan Kediri yang berasal dari luar negeri datang dari Cina. Sumber-sumber tersebut antara lain sebagai berikut.
(1) Kitab Ling-wai-tai to
Kitab ini disusun oleh Chou Ku Fei tahun 1178. Isinya memberikan gambaran tentang keadaan pemerintahan dan masyarakat pada zaman Kerajaan Kediri.
(2) Kitab Chu-fan-chi
Kitab ini ditulis oleh Chan Ju Kua. Kitab ini menjelaskan tentang kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Kediri.
Kepercayaan yang dianut kerajaan Kediri ialah kepercayaan Hindu Waisnawa karna Raja Airlangga dianggap sebagai penjelmaan dewa wisnu.

2.7 Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari berdiri pada tahun 1222. Berdirinya kerajaan ini berawal dari keberhasilan Ken Arok menggulingkan penguasa Tumapel yang bernama Tunggul Aametung. Ketika itu Tumapel menjadi bagian dari penguasa Kerajaan Kediri. Kedudukan Ken Arok semakin meningkat setelah mendapat dukungan dari kalangan brahmana untuk membentrok melawan Kediri yang dipimpin oleh Raja Kertajaya.
Kerajaan kediri di desa Ganter mengakibatkan tidak ada lagi kerajaan yang berkuasa di Jawa Timur. Hal itu memberi peluang bagi Ken Arok mendirikan kerajaan baru di Tumapel. Kerajaan tersebut diberi nama Singasari.
Berita mengenai Kerajaan Singasari diperoleh dari banyak sumber, berupa kitab, catatan, prasasti, dan benda hasil budaya berupa bangunan candi. Sumber-sumber itu antara lain sebagai berikut :
1) Kitab Pararaton
Kitab ini isinya sebagaian besar merupakan cerita mitos dongeng, mulai dari riwayat Ken Arok yang penuh kegaiban sampai riwayat raja-raja singasari.
2) Kitab Negarakertagama
Kitab ini ditulis pada tahun 1365 oleh Mpu Pranpanca. Isinya sebagai besar menjelaskan tentang Kerajaan Majapahit, tetapi juga menceritakan tentang raja yang berkuasa di Singasari.
3) Kidung Harsyawijaya
Kidung ini menyebutkan tentang Raja Jayakatwang sebagai samantharaja (raja bawahan) yang taat pada Raja Kertanegara. Tetapi Jayakatwang dihasut oleh patihnya, sehingga akhirnya menyerang Kertanegara.
4) Arca Joko Dolok
Arca Kertanegara yang terletak di Taman Simpang (Surabaya) ini, disebut juga sebagai Arca Joko Dolok. Pada lapik (alasnya), tertulis prasasti yang menyebutkan Kertanegara telah dinobatkan sebagai Jina atau Dhyani Budha.
5) Bangunan Candi
Bangunan-bangunan candi peninggalan Singasari, antara lain Candi Kidal di Malang, Candi Jago di Waleri, dan Candi Jawi.
6) Berita Cina
Selain sumber-sumber tersebut di atas, ada juga sumber-sumber yang berasal dari Cina. Sumber tersebut menyatakan bahwa Kaisar Kubilai Khan mengirim pasukannya untuk menaklukan Singasari.
Kehidupan budaya Kerajaan Singasari berkembang sesuai dengan kehidupan sosial religius masyarakat Singasari. Hasil budaya Kerajaan Singasari yang dapat diketahui adalah berupa bangunan monumental atau budaya lainnya yang berhubungan dengan agama. Hasil budaya Kerajaan Singasari berupa bangunan candi dan arca, antara lain sebagai berikut :
(1) Candi Kidal merupakan tempat perubahan jenazah Anusapati.
(2) Candi Jago merupakan tempat perabuan jenazah Wisnuwardhana.
(3) Candi Singasari merupakan tempat perabuhan Kertanegara.
(4) Arca Dewi Prajnaparamita yang merupakan perwujudan Ken Dedes.
(5) Arca Joko Dolok dan Amoghapasa yang perupakan perwujudan Kertanegara.
Kepercayaan yang dianut kerajaan Singasari ialah kepercayaan Hindu
2.8 Kerajaan Majapahit.
Kerajaan Majapahit berdiri pads tahun 1293. Tokoh yang berperan merintis berdirinya Kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya, cucu dari Mahesa Campaka. Pada awalnya, Raden Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang untuk mencari saat yang tepat melakukan serangan balasan ke Kediri. Berkat jaminan Arya Wiraraja, Raden Wijaya diterima di Kediri. Bahkan diperbolehkan membuka hutan Tarik (sekarang Trowulan) untuk dijadikan desa. Di desa itulah persiapan untuk menggulingkan Jayakatwang dilakukan. Desa itu pula yang mengawali berdirinya Kerajaan Majapahit.
Berita mengenai Kerajaan Majapahit yang berasal dari sumber dalam negeri adalah sebagai berikut.
(1) Prasasti Butak
Prasasti ini mengisahkan keruntuhan Kerajaan Singasari dan peduangan Raden Wijaya untuk mendirikan Majapahit. Prasasti ini menegaskan keterkaitan antara Singasari dan Majapahit.
(2) Kitab Pararaton
Kitab ini berisi tentang Singasari dan raja-rajanya, Berta daftar raja-raja Majapahit setelah Hayam Wuruk.
(3) Kitab Negarakertagama
Kitab ini ditulis oleh Mpu Prapanca pads tahun 1365. Isinya menguraikan tentang keadaan kota Majapahit, daerah jajahannya, perjalanan Raja Hayam Wuruk mengelilingi daerah kekuasaan, dan daftar candi yang ada. Disebutkan juga tentang raja-raja Majapahit beserta masa pemerintahannya.
(4) Kitab Sundayana
Kitab ini berisi tentang Perang Bubat, yaitu perkawinan yang kemudian berubah menjadi pertempuran antara Sri Baduga Maharaja dengan Gajah Mada. Dalam pertempuran ini, Sri Baduga Maharaja bersama dengan para pembesar kerajaan terbunuh, sedangkan Dyah Pitaloka bunuh diri.
(5) Kitab Sorandaka
Kitab ini ditulis dalam bentuk kidung. Isinya menjelaskan tentang pemberontakan Lembu Sora di Lumajang terhadap Raja Jayanegara.
(6) Kitab Ranggalawe
Kitab ini juga ditulis dalam bentuk kidung, isinya tentang kehidupan Ranggalawe dari Tuban.
(7) Kitab Panjiwijayakrama
Kitab ini ditulis dalam bentuk kidung, isinya menceritakan tenta riwayat Raden Wijaya sampai menjadi raja.
(8) Kitab Usana Jawa
Kitab ini berisi tentang penaklukkan Pulau Bali oleh Gajah Mada d Arya Damar, pemindahan keraton ke Gelgel, dan penumpasan r; raksasa yang bernama Maya Denawa.
Berita mengenai Kerajaan Majapahit yang berasal dari sumber luar negeri antara lain :
(1) Berita Dinasti Ming
Berita dari Dinasti Ming (1368-1643) menyebutkan perang antz Wikramawardhana dan Bre Wirabumi. Sedangkan berita tahun 14 menjelaskan adanya hubungan diplomatik antara Cina dan Jawa.
(2) Berita Ma Huan
Ma Huan dalam bukunya yang berjudul Ying-yai, menulis tenta keadaan masyarakat clan keadaan kota Majapahit.
(3) Berita Portugis
Berita Portugis menyebutkan bahwa pads tahun 1518, di Jawa masih ada kerajaan kafir di pedalaman yang dikuasai oleh Pate Udara.
Adapun peninggalan-peninggalan pada masa Kerajaan Majapahit berupa candi dan karya sastra diantaranya :
1) Candi Penataran di Blitar
2) Candi Sumber Jati di Blitar
3) Candi Srenggopara di Kapopongan
4) Candi Jabung di Krasakan
5) Candi Surawana di Kediri
6) Candi Pari dekat Porong, dan
7) Candi Waringin Lawang di Trowulan.
Hasil karya Sastra pada zaman Kerajaan Majapahit dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Sastra Zaman Majapahit Awal
a) Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca,
b) Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular
c) Kitab Pararaton tidak diketahui pengarangnnya,
d) Kitab Kunjarakarna tidak diketahui pengarangnya,
2) Sastra Zaman Majapahit Akhir diantaranya : adalah Kitab Sundayana, Sorandaka, Ronggalawe, Usana Jawa dan Usana Bali, Paman Canggah, Tantu Pagelaran, Calon Arang, Korawasrama, Budhuksah, Tantri Kamandaka, dan Pancatantra.
Kepercayaan yang dianut kerajaan Majapahit ialah kepercayaan Hindu
2.9 Kerajaan Pajajaran.
Setelah runtuhnya Kerajaan Tarumanegara, di Jawa Barat tidak menunjukkan adanya kegiatan politik atau aktivitas sebuah kerajaan yang berdiri. Namun diketahui bahwa di Jawa Barat pernah berdiri sebuah kerajaan yang bernama Pajajaran.
Sumber sejarah Kerajaan Pajajaran dapat diketahu imelalui sumber dalam negeri dan luar negeri.
2.9.1 Sumber Dalam Negeri
(1) Prasasti Pangambat
Prasasti ini di temukan di Bogor, berangka tahun 923, berbahasa Jawa Kuno bercampur dengan bahasa Melayu. Isinya tentang pengembalian kekuasaan Raja Pajajaran (kemungkinan Kerajaan Pajajaran pernah dikuasai oleh kerajaan-kerajaan di JawaTimur atau Sriwijaya).
(2) PrasastiHorren
Prasasti ini berasal dari Kerajaan Majapahit. Isinya menyebutkan bahwa penduduk dari kampung Horren sering tidak merasa aman karena adanya gangguan musuh dari arah barat.
(3) Prasasti Citasih
Prasasti ini berangka tahun 1030, dibuat atas perintah raja yang bernama Maharaja Jayabhupati untuk memperingati bangunan San Hyang Tapak.
(4) Prasasti Astanagede
Prasasti ini di temukan di Kawali, Ciamis, Jawa Barat. Isinya menyatakan tentang perpindahan pusat pemerintah dari Pakuan Pajajaran ke Kawali.
(5) Kitab Sundayana
Kitab ini menceritakan kekalahan pasukan Pajajaran dalam pertempuran di lapangan Bubat (Majapahit). Dalam pertempuran itu seluruh rombongan dari pajajaran terbunuh.
(6) Kitab Carita Parahyangan
Kitab ini menceritakan bahwa pengganti Raja Sri Baduga Maharaja setelah Perang Bubat bernama Hyang Wuni Sora.
2.9.2 Sumber Luar Negeri

(1) Berita Portugis
Pada tahun 1512-1521 , Ratu Samian dari Pajajaran memimpin perutusan ke Malaka untuk mencari sekutu. Pada tahun 1522, utusan Portugis bernama Hendrik de Leme datang ke Pajajaran.
(2) Berita Tome Pires
Tome Pires adalah orang Portugis yang berlayar ke Indonesia pada tahun 1513. Ia menyatakan bahwa ibu kota Pajajaran disebut Dayo yang terletak kira-kira dua hari perjalanan dari Sunda Kelapa.
Hasil karya pada Kerajaan Pajajaran berupa karya sastra seperti Kitab Carita Parahyangan yang berasal dari abad ke-16. Kitab ini merupakan salah satu sumber sejarah Kerajaan Pajajaran. Kitab Siksakanda yang berasal dari tahun 1518, mengungkapkan tentang sistem pemerintahan di Kerajaan Pajajaran.
Kepercayaan yang dianut kerajaan Pajajaran ialah kepercayaan Hindu.

2.10 Kerajaan Bali
Kerajaan Bali terletak di Pulau Bali, yaitu sebuah pulau kecil yang letaknya tidak  jauh dari Jawa Timur. Dalam perkembangan sejarahnya, Bali mempunyai hubungan yang erat dengan Pulau Jawa, karena letak kedua pulau itu berdekatan. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit yang melarikan diri dan menetap di Bali. Sampai sekarang ada kepercayaan, bahwa sebagian dari masyarakat Bali dianggap sebagai pewaris tradisi Majapahit.
1) Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Bali dapat diketahui melalui beberapa sumber, misalnya prasasti dan bangunan candi. Prasasti Sanur merupakan satu-satunya prasasti yang berhasil ditemukan oleh para ahli. Prasasti itu membahas mengenai kekuasaan raja-raja dari Dinasti Warmadewa. Sedangkan candi yang ditinggalkan berupa Candi Gunung Kawi.
Pada masa pemerintahan Raja Anak Wungsu, ada dua jenis seni yaitu seni keraton dan seni rakyat. Seni rakyat biasanya berkeliling menghibur rakyat. Seni keraton dipertunjukkan di desa-desa dan seni ini tidak dimonopoli oleh raja. Hal ini diterangkan dalam Prasasti Julah yang berangka tahun 987. Peninggalan Kerajaan Bali yang berupa bangunan candi sangat unik. Candi ini dibangun dalam ceruk tebing karang.
Kepercayaan yang dianut kerajaan Bali ialah kepercayaan Hindu










BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari materi diatas dapat kami simpulkan bahwa, sebelum zaman reformasi atau kemerdekaan. Banyak berkembang kerajaan-kerajaan, yang dipengaruhi oleh  perkembangan Hindu-Budha dinusantara, yang mengjangkut berbagai  aspek, diantaranya: Tatanan kehidupan masyarakat dinusantara. sebelum adanya pengaruh Hindu-Budha dinusantara tidak ada kerajaan. Dengan adanya pengaruh Hindu-Budha maka dinusantara berdiri kerajaan-kerajaan diantaranya , kerajaan Kutai dikalaimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Tengah, Kerajaan Sriwijaya di Sumatra, Kerajaan Mataram, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singosari,KerajaanBali,Kerajaan Pajajaran,Kerajaan Majapahit. Dan mulai mengenal Agama yaitu Hindu dan Budha.

3.2. Kritik/Saran
Kritik dan saran dari pembaca sangat kami perlukan demi penyempurnaan makalah kami ini. Kita sebagai generasi muda Hindu sangat perlu mempelajari sejarah-sejarah, yang berkaitan dengan Agama Hindu, agar bisa kita jadikan pedoman dan acuan dalam kehidupan ini.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar